Suatu senja yang indah, duduklah seorang ayah dan putranya yang baru berumur 3 tahun didepan rumah.
Si putra ini sedang sibuk mengamati seekor burung yang sedang hinggap di dahan pohon depan rumahnya. Si Putra inipun bertanya kepada ayahnya, " Ayah burung apa itu?". Dengan sabar ayahnya menjawab " itu seekor burung pipit sayang..?"
Denga rasa penasarannya si Putra ini bertanya lagi kepada ayahnya, " Ayah burung apa itu?". Kemudian ayahnya menjawab lagi dengan sabar, " itu seekor burung pipit..?" Kemudian Si Putra bertanya lagi, lagi dan lagi namun ayahnya dengan penuh kesabaran mejawab setiap pertanyaan. Cinta itulah yang membuat ayahnya sabar menjawab semua pertanyaan si putranya.
Beberapa puluh tahun kemudian tumbuhnya si putra menjadi seorang lelaki dewasa dan ayahnya menjadi semakin tua.
Pada saat yang sama mereka berdua duduk diteras depan rumah, si anak sibuk membaca bukunya, Dan ketika itu si ayah bertanya kepada putranya, " Nak, itu burung apa yang hinggap dipohon depan rumah kita ?".
Si putra tersebut menjawab " aaaghh ayah, masak tidak tau itu burung apa..!"
Kemudian ayanhnya bertanya lagi, " Nak, itu burung apa?"
Si aputra ini dengan perasaan sebal menjawab, " itu burung pipit..!!!"
Kemudian ayanhnya bertanya lagi untuk yang ketiga kalinya, " Nak, itu burung apa?"
Dengan perasaan marah dan suara membentak, si anak menjawab, " Ayah ini tuli ya, kan kau udah bilang it burug pipit...!!!"
Ayahnya terperanjat mendengar jawaban itu keluar dari putra yang sangat disayanginya..
Dan ayahnya berkata " diwaktu yang sama aku pernah mejawab 10x pertanyaan yang sama darimu tentang burung pipit itu, tapi aku dengan sabar menjawab setiap pertanyaanmu dengan penuh kesabaran, tapi kenapa sekarang kamu mejawab pertanyaan yang sama dengan membentakku.."
Dengarlah Putraku tercinta...
Ketika aku sudah menjadi tua dan renta, bukan lagi aku yang semula.
Mengertilah dan bersabarlah sedikit terhadap aku.
Ketika pakaianku terciprat sup, ketika aku lupa bagaimana mengikat sepatu,
ingatlah bagaimana dahulu aku mengajarimu.
Ketika aku berulang-ulang berkata-kata tentang sesuatu yang telah
bosan kamu dengar, bersabarlah mendengarkan, jangan memutus
pembicaraanku.
Ketika kamu kecil, aku selalu harus mengulang cerita yang telah beribu-
ribu kali kuceritakan agar kamu tidur.
Dan aku menjawab ribuan pertanyaan yang kadang sama dengan kesabaran.
Ketika aku memerlukanmu untuk memandikanku, jangan marah padaku.
Ingatlah sewaktu kecil aku harus memakai segala cara untuk membujukmu
mandi?
Ketika aku tak paham sedikitpun tentang teknologi dan hal-hal baru,
jangan mengejekku. Pikirkan bagaimana dahulu aku begitu sabar
menjawab setiap pertanyaan "mengapa" yang terucap darimu.
Ketika aku tak dapat berjalan, ulurkan tanganmu yang masih kuat untuk
memapahku. Seperti aku memapahmu saat kamu belajar berjalan sewaktu
masih kecil.
Ketika aku seketika melupakan pembicaraan kita, berilah aku waktu
untuk mengingat.
Sebenarnya bagiku, apa yang dibicarakan tidaklah
penting, asalkan kamu disamping mendengarkan, aku sudah sangat puas.
Ketika kamu memandang aku yang mulai menua dan renta, janganlah berduka.
Mengertilah aku, dukung aku, seperti aku menghadapimu ketika kamu
mulai belajar menjalani kehidupan.
Waktu itu aku memberi petunjuk bagaimana menjalani kehidupan ini,
sekarang temani aku menjalankan sisa hidupku.
Beri aku cintamu dan kesabaran, aku akan memberikan senyum penuh rasa syukur.
Dalam senyum ini terdapat cintaku yang tak terhingga untukmu.
Semoga semua anak mendengar ini..
untuk orang tuaku, " aku mencintaimu.."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar